Ajaran Islam tidak membawa secara langsung tradisi budaya fisik, dengan kata lain agama Islam tidak pernah mengajarkan secara kongkrit tata bentuk arsitektur/lingkungan binaan harus seperti ini atau seperti itu. Terus ?? Darimana ?? Pilihan-pilihan fisiknya kayak bentuk masjid, kubah, menara, dan lain-lain lebih diserahkan pada akal-budi manusia Muslim itu sendiri, untuk menghasilkan yang terbaik, paling optimal, paling efektif, paling bermanfaat, dan lain sebagainya. Dalam konteks arsitektur/lingkungan binaan, justru di situlah universalitas dalam sisi spiritualnya, yang menjadikannya mampu bertemu dan berdialog dengan beragam lokalitas di semua tempat dan zaman, dan yang melakukan itu adalah orang-orang yang terdahulu, dari mereka berkembang Islam, makanya budaya arsitektur seperti itu tetap lestari (ngikut aja istilahnya ). Pada perkembangan awal, masjid jelas tidak menggunakan bentuk kubah sebagai ciri atau simbol seperti yang telah difahami oleh sebagian besar masyarakat umum saat ini. Masjid Nabawi di Madinah ketika dulu dibangun pada masa awal juga sama sekali tidak ada unsur kubah dan menara. Atap Kubah awalnya diduga berasal dari bangunan Bizantium dan Persia, setelah Persia menjadi negara yang mayoritas Islam, yang sekarang disebut Iran. yang merupakan jenis atap berbentuk bulat atau setengah bulatan yang berfungsi untuk menutup bangunan dasar berbentuk segi empat, bundar atau bersegi banyak. Ketika Islam menyebar dan berinteraksi dengan budaya dan peradaban lain, Islam mengambil pilihan-pilihan bentuk yang sudah ada itu, termasuk teknik dan cara membangun yang memang sudah dimiliki oleh masyarakat setempat tersebut. Getooh .
0 komentar:
Post a Comment